Sabtu, 11 Maret 2017

LAPORAN DASAR-DASAR ILMU TANAH-" pengambilan contoh tanah"



LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

                                                                 














W












MUHAMMAD ZUL MASRIKAIL
E 281 14 156



















PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015


 
I.       PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Tanah sudah digunakan orang sejak dahulu karena semua orang yang hidup di permukaan bumi mengenal wujud tanah. Pengertian tanah itu sendiri bermacam-macam, akan tetapi karena luas penyebarannya apa sebenarnya yang dimaksud tanah, akan ditemui bermacam-macam jawaban atau bahkan orang akan bingung untuk menjawabnya. Masing-masing jawaban akan dipengaruhi oleh pengetahuan dan minat orang yang menjawab dalam sangkut-pautnya dengan tanah. Mungkin pengertian tanah antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Misalnya seorang ahli kimia akan memberi jawaban berlainan dengan seorang ahli fisika, dengan demikian seorang petani akan memberi jawaban lain dengan seorang pembuat genteng atau batubata. Pada mulanya orang menganggap tanah sebagai medium alam bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat di permukaan bumi atau bentuk organik dan anorganik yang di tumbuhi tumbuhan, baik yang tetap maupun sementara (Pairunan, 2007)
Semua makhluk hidup sangat tergantung dengan tanah, sebaliknya suatu tanah pertanian yang baik ditentukan juga oleh sejauh mana manusia itu cukup terampil mengolahnya. Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Tanah dapat digunakan untuk medium tumbuh tanaman yang mampu menghasilkan berbagai macam makanan dan keperluan lainnya. Maka dari berbagai macam tanah beserta macam-macam tujuan penggunaannya itu perlu dilakukan suatu pembelajaran lebih lanjut mengenai tanah agar kita benar-benar memahami tanah itu sendiri (Novita Evarnas, 2014).
Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed soil) dilakukan di atas permukaan tanah atau horizon, sedangakan pengambilan contoh tanah utuh (undisturbed soil) sangat penting karena diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah. Pengambilan tanah utuh harus benar-benar diperhatikan dalam proses dilapang (Khamdaandayu, 2009).
Tanah pada setiap lingkungan memiliki struktur dan pola yang berbeda-beda pada setiap lingkungan dengan keadaan kandungan pH dan kandungan airnya yang tidak sama. Kandungan kesuburan tanah itu berbeda-beda serta warna yang berbeda antara tanah yang satu dengan yang lainnya, untuk itu perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel tanah utuh dan tidak utuh supaya hasil yang di peroleh bisa terkontrol dengan baik untuk di uji di laboratorium (Kartasapoetra, 2008).
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pengambilan contoh tanah utuh dan tanah terganggu. Kegunaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan kerusakan tanah serta sifat-sifat tekstur tanah sebagai sampel bahan praktikum.

 
II   TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Pengambilan Contoh Tanah Utuh
          Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman (Kartasapoetra,2008).
   Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan sifat-sifat yang akan diteliti.  Sifat-sifat fisika tanah, dapat kita analisis meaui dua aspek, yaitu fraksinasi. Mencari atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan 3 cara yaitu : pengambilan dalam keadaan agregat atau tanah utuh, pengambilan tanah tidak utuh atau terganggu (Husein Suganda, 2012).
          Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan. Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di laboratorium dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah relatif lebih banyak. Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di lapangan bersifat destruktif, karena dapat merusak permukaan tanah, seperti terjadinya lubang bekas pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan kompleksitas sistem yang ada di dalam tanah, dan sebagainya (Hanaafiah, 2010).
Agregat-agregat dalam tanah selalu dalam tingkatan perubahan yang continue. Pembasahan, pengeringan, pengolahan tanah, dan aktivitas biologis semuanya berperan di dalam pengrusakan dan pembangunan agregat-agregat tanah. Struktur lapisan oleh lapisan olah dipengaruhi oleh pengolahan praktis dan dimana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregasi tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi tanaman (Forth dan Henry 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah tetapi hanya ada lima faktor yang dianggap paling penting yaitu (1) Iklim, (2) Organisme, (3) Bahan Induk, (4) Topografi, dan (5) Waktu.  Dalam proses pembentukan tanah pengaruh kelima faktor tersebut bersifat simutan, bukan parsial.  Pengambilan contoh tanah merupak tahap awal dan terpenting dalam program uji tanah di laboratorium (deptan, 2006).
2.2     Pengambilan Contoh Tanah Tidak Utuh
          Agregat-agregat dalam tanah selalu dalam tingkatan perubahan yang continue. Pembasahan, pengeringan, pengolahan tanah, dan aktivitas biologis semuanya berperan di dalam pengrusakan dan pembangunan agregat-agregat tanah. Struktur lapisan oleh lapisan olah dipengaruhi oleh pengolahan praktis dan dimana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregasi tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Ahmad dan Fachri, 2010).
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antar agregat.  Tanah tersusun dari tiga fase yaitu : fase padatan, fase cair, dan fase gas.  Fase cair dan gas mengisi ruang antar agregat.  Stuktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusunnya.  Ruang antar agregat disebut sebagai porus (jamak pori).  Struktur tanah baik bagi perakaran apabia pori berukuran besar terisi air.  Tanah yang gembur memiliki agregat yang cukup besar (Ali Kemas Hanafiah, 2005).
Analisis contoh tanah bertujuan untuk menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah), mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun didalam tanah, sebagai dasar penetapan dosis pupuk, dan kapur sehingga lebih efektif, efisien dan rasional dan memperoleh database untuk program perencanaan dan pengolahan tanah tanaman. Contoh tanah tidak utuh untuk penetapan kandungan kadar air tanah, penetapan C-Organik tanah, penetapan KTK tanah, (Khamandayu, 2009).


III.   METODE PRAKTEK
3.1     Tempat dan Waktu
          Praktek prosedur pengambilan sampel tanah utuh dan pengambilan sampel tanah tidak utuh  dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Oktober 2015 pukul 16.00 WITA sampai dengan selesai, di Desa Maku, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
3.2     Alat dan Bahan
          Alat yang di gunakan dalam praktikum pengambilan sampel tanah utuh adalah pisau, spidol, dan 2 buah ring dan bahan yang di gunakan adalah kantong plastik, lebel, karet gelang. Kemudian alat yang di gunakan dalam praktikum pengambilan contoh tanah tidak utuh adalah sekop, cangkul, dan bahan yang di gunakan adalah kantong plastik dan lebel.
3.3     Cara Kerja
3.3.1   Pengambilan sampel tanah utuh
6
5
          Pertama-tama bersihkan dari rerumputan dan sampah, kemudian Ring sampel diletakkan pada tanah dengan bagian yang runcing diposisi bawah, kemudian buat lingkaran dengan pusat yang sama dengan ring sampel dengan garis tengah 2 kali lebih besar. Terlebih dahulu ring dan tutupnya di timbang beratnya dan dicatat, lalu Lingkaran diluar ring sampel ini kemudian digali sehingga terbentuk lubang lingkaran sedalam + 30 cm, hal ini dimaksudkan agar ring sampel dapat dengan mudah tekan dan masuk ke dalam tanah, kemudian dengan menggunakan tangkai penekan ring sampel yang terbuat dari besi, maka ring sampel ini ditekan dengan hati-hati secara vertical, kalau ternyata sudah keras sedangkan ring masih harus dimasukkan terus maka bias dipukul-pukul dengan palu kayu secara perlahan-lahan.
          Setelah tanah yang berada didalam ring sampel kira-kira sudah muncul di atas bibir  ring bagian atas maka penekanan dihentikan, kemudian bawahnya dipotong dengan pisau atau dengan sekop atau dengan benang nilon halus, setelah itu ring yang sudah berisi tanah kemudian diratakan dengan pisau tajam dan tipis sehingga kedua permukaan betul-betul rata dengan kedua bibir ring sampel tadi dan setelah itu kedua begian muka tanah tersebut ditutup dengan tutup ring yang terbuat dari plastic dan ring sampel yang sudah berisi tanah utuh ini kemudian dimasukkan ke dalam kotak agar aman dalam pengangkutan dan sedapat mungkin segera dianalisis.
3.3.2   Pengambilan contoh tanah tidak utuh
          Pertama-tama permukaan tanah dibersihkan dahulu dari rerumputan dan sampah-sampah lainnya, kemudian  tanah dicangkul sampai kedalaman 20 cm dari permukaan tanah, setelah itu tanah dimasukkan kedalam kantong plastic sebanyak + 1 kg (diusahakan agar agregat-agregat tanah jangan rusak atau hancur), lalu Contoh tanah diberi label di bagian luar dan dalam dari kantong plastic tersebut.


IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil
4.1.1  Pengambilan Contoh Tanah Utuh
          Berdasarkan hasil praktek yang di lalului di lapangan tentang pengambilan sampel tanah utuh adalah sebagai berikut :














Gambar 1. Cara pengambilan Sampel Tanah Utuh yang berasal dari daerah sidera dengan Menggunakan Ring Sampel.

4.1.2  Penganmbilan Cotoh Tanah Tidak Utuh 
          Berdasarkan hasil praktek yang di lalului di lapangan tentang pengambilan sampel tanah tidak utuh adalah sebagai bebrikut :


Gambar 2.  Cara Pengambilan Sampel Tanah Terganggu yang Berasal dari Daerah Sidera Di Ambil dengan Secara Acak.

4.2     Pembahasan
4.2.1  Pengambilan sampel tanah utuh
Pengambilan sampel tanah utuh di laksanakan di Desa Maku, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah. Vegetasi tanah pada desa Maku termasuk dalam vegetasi yang baik, karena bayaknya jenis tanaman yang hidup di areal tersebut, baik itu dari tanaman budi daya maupun tubuhan yang hidup secara liar. Cara pengambilan sampel tanah utuh yaitu pertama-pertama bersihkan permukaan tanah dari rerumputan, kemudian tancapkan ring sampel lalu tekan atau di pukul-pukul secara perlahan-lahan, setelah itu apabila tanah sudah mulai muncul di permukaan bibir ring sampel maka galilah tanah di sekitaraan ring sampel, lalu potong bagian bawahnya dan ratakan kedua permukaanya dengan menggunakan pisau, dan tutup kedua permukaannya dengan plastik.
Contoh tanah agregat utuh (bongkah) dilakukan perlakuan metode standar dengan mencangkul hingga kedalaman 0-20 cm.  Tanah yang diambil harus berupa bongkahan alami yang tidak mudah pecah dan tidak terintervensi oleh benda lain atau tercangkul.
Pertajukan tanaman utama yang tumbuh pada suatu areal tertentu, jika berlapis dengan tanaman penutup lahan dan serasah akan memberikan ketahanan berganda terhadap pukulan butiran hujan yang jatuh ke permukaan tanah, selain berfungsi menghalangi pukulan langsung air hujan kepermukaan tanah, vegetasi penutup lahan juga menambah kandungan bahan organik tanah yang meningkatkan resistensi terhadap erosi yang terjadi, untuk pencegahan erosi paling sedikit 70 % lahan harus tertutup oleh vegetasi (Deptan 2006).
Pengambilan contoh tanah merupakan tahap awal dan terpenting dalam program uji tanah di laboratorium.  Pengambilan contoh tanah ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat tanah pada suatu titik pengamatan.  Prinsipnya adalah hasil analisis sifat fisik tanah dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan (Kartasapoetra, 2008).
4.2.2  Pengembalian Contoh Tanah Tidak Utuh
Pengambilan contoh tanah tidak utuh kami laksanakan di Desa Maku, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah, yang mana vegetasi tanahnya termasuk dalam vegetasi tanah yang baik.
Pada umumnya tanah tidaklah homogen. Hal ini berarti bahwa setiap jengkal tanah terutama sifat-sifat kimianya pada suatu tempat yang sama mungkin berbeda-beda. Oleh karena itu, pengambilan suatu sampel tanah yang betul-betul mewakili keadaan daerah tertentu penting sekali. Pengambilan sampel tanah dapat dilakukan pada tanah terganggu (disturbed soil) dan tanah utuh (undisturbed soil sample). Pengambilan sampel tanah biasa atau tanah terganggu dilakukan diatas permukaan tanah atau di horizon/lapisan lainnya, tempat pengambilan harus berdekatan atau sama dengan lokasi pengambilan contoh tanah utuh dan pelaksanaannya mudah sekali. Sampel tanah ini biasanya dipergunakan untuk kepentingan analisa kimia dan kestabilan agregat (agregat stability) dan untuk keperluan membuat contoh tanah utuh secara simulasi atau cara tiruan (buatan) dimana bobot isinya disesuaikan dengan keadaan alami tanah utuh di lapangan (Khamandayu, 2009). 
          Cara pengambilan sampel tanah tidak utuh yaitu, pertama-tama bersihkan permukaan tanah dari rerumputan, kemudian cangkul tanah tersebut dan hancurkan tanah-tanah yang masih berbentuk agregat utuh, setelah itu maka masukkan tanah tersebut ke dalam kantung plastik dan plastik tersebut di beri lebel (Kartasapoetra, 2008).
            Fraksinasi adalah penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara memisahkan butir-butir primer tersebut.  Untuk mencari dan atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan pengambilan tanah tidak utuh ( Pairunan, 2007).





V.   KESIMPULAN DAN SARAN
5.1     Kesimpulan
          Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum pengambilan sampel tanah utuh dan pengambilan sampel tanah tidak utuh dapat ditarik kesimpulan dengan sebagai berikut :
1.      Pengambilan sampel tanah utuh kami lakukan di desa maku kecamatan biromaru, kabupaten sigi, provinsi sulawesi tengah, yang mana di daerah maku termasuk daerah yang subur untuk lahan pertanian. Kemudian pada pengambilan sampel tanah tidak utuh kami lakukan pada daerah yang sama yaitu di desa maku, yang mana pengambilan sampel tanah utuh kami lakukan dengan cara yang teratur sedangkan pada pengambilan sampel tanah tidak utuh kami lakukan secara acak.
2.      Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Prinsip pengambilan contoh tanah adalah bahwa hasil analisis sifat fisik dan kimia di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sifat fisik dan dan kimia di lapangan.
3.      Analalisi contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapakan status hara, mengukur kandungan kandungan kadar air tanah, dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
5.2     Saran
Pelaksanaan praktikum kedepannya nanti agar lebih baik dari yang sekarang ini jika di tinjau dari segi cara pembimbingannya dan sebaiknya sebelum praktikum dimulai, perlengkapan untuk laboratorium yang akan digunakan sudah tersedia serta keadaan laboratorium sudah siap pakai





DAFTARPUSTAKA
Abraham Suriadikusuma. 2010. Penetapan Tekstur Tanah dan Kesesuaian Lahan Untuk Tanamn Kina di Sub Das Cikapundung Hulu Melalui Citra Satelit Landsat Tm-Image. Volume 1,halaman  88. Diakses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CC4QFjACahUKEwjDv7Cxs5HJAhUJB44KHZxFAl0&url=http%3A%2F%2Fjsal.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjsal%2Farticle%2Fdownload%2F121%2F111&usg=AFQjCNEl0wUQ4h19MjyCZTFsXISs6LSk6g&sig2=kFbdQ5UlHH8D9rfZ-tI5zg Tanggal 15 November 2015 pukul 10.00 Wita
Ali Kemas Hanafiah, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Ahmad, Fachri. 2010. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Andalas: Padang
Andi Wijanarko. 2012. Pengeruh Kualitas Bahan Organik Dan Kesuburan Tanah Terhadap Mineralisasi Nitrogen dan Serapan oleh Tanaman Ubi Kayu di Ultisol. Volume 1, Halaman 4. Di akses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111797&val=2340 Tanggal 15 November 2015 pukul 10.40 Wita

Bandi Hermawan. 2012. Penetapan Kadar Air Tanah Melalui Sifat Dielektrik pada Berbagai Tingkat Kepadatan. Volume 6. Halaman 71. Di akses dari http://repository.unib.ac.id/201/1/66JIPI-2012.PDF.  Tanggal 15 November 2015 pukul 10.30 Wita
Bandi Hermawan. 2012. Monitoring Kadar Air Tanah Melaluli Pengukuran Sifat Dielektrik pada Lahan Jagung. Volume 7. Halaman 18. Di akses darihttp://repository.unib.ac.id/132/1/15JIPI-2012.PDF. Tanggal 15 November 2015 pukul 10.30 Wita
Dina ulistiyaningrum. 2012. Pengaruh Karakteristik Sifat Fisika Kimia Tanah terhadap Nilai Indeks Erodibilitas Tanah dan Upaya Konservasi lahan. Volume 3, Halaman 57. Di akses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCUQFjABahUKEwjDv7Cxs5HJAhUJB44KHZxFAl0&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fagrikultura%2Farticle%2Fdownload%2F993%2F1035&usg=AFQjCNFwSj2GGqPupXu8Tz1LKvUXJY1_Og&sig2=YRsuCPcLrELoGEnaMhzx6g Tanggal 15 November 2015 pukul 11.00 Wita
Foth, Henry D., 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Yogakarta.
Hanafiah,Kemas Ali. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Husein Suganda. 2012. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah. Halaman 13. Di akses dari http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/NOMOR%2002.pdf Tanggal 15 November  2015 pukul 10.00 Wita
Kartasapoetra. 2008. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.
Kartasapoetra. 2008. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.
Khamandayu, 2009. Laporan Praktikum Ilmu Tanah. http://Khamandayu. blogspot. com. Diakses tanggal 10 November 2015.
Muchlis. 2010. Produksi Kacang Tanah dan Beberapa Sifat Fisik Tanah. Volemu 7, halaman 52. Di akses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19690/1/kpr-jun2010-%20%285%29.pdf Tanggal 15 November 2015 pukul 10.15 Wita
Muhammad Bassir. 2008. Efektifitas Bahan Orrganik dan Tinggi Genagan Terhadap perubahan pH Terlarut pada Tanah Ultisol. Volume 4, Halaman 260. Diakses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0CFwQFjAHahUKEwiRgPLts5HJAhXSbY4KHencC0A&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unsyiah.ac.id%2FMSDL%2Farticle%2Fdownload%2F848%2F786&usg=AFQjCNF5v1LcsBbr-zW55ri_ApQyMLdsDg&sig2=U9TPsLcpBfgqSs8hkbH4bg Tanggal 15 November 2015 pukul 11.16 Wita
Novita Evarnas. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Eboni pada Kawasan Cagar Alam Pani Binangga Kabupaten Parigi Mautong.  Volume 2. Halaman 111. Di akses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEIQFjAEahUKEwiWy4K0sJHJAhVBwY4KHWvyC38&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2Fjurnal%2Findex.php%2FWartaRimba%2Farticle%2Fview%2F3621%2F2624&usg=AFQjCNGdeTq5RaUv67hZP2zR3qdzBW76aA&sig2=3JriNIAbi5aAEo6yiqbKA. Tanggal 15 November 2015 pukul 10.00 Wita
Novita Evarnas. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Eboni pada Kawasan Cagar Alam Pani Binangga Kabupaten Parigi Mautong.  Volume 2. Halaman 114. Di akses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEIQFjAEahUKEwiWy4K0sJHJAhVBwY4KHWvyC38&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2Fjurnal%2Findex.php%2FWartaRimba%2Farticle%2Fview%2F3621%2F2624&usg=AFQjCNGdeTq5RaUv67hZP2zR3qdzBW76aA&sig2=3JriNIAbi5aAEo6yiqbKA. Tanggal 15 November 2015 pukul 10.00 Wita
Novita Evarnas. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Eboni pada Kawasan Cagar Alam Pani Binangga Kabupaten Parigi Mautong.  Volume 2. Halaman 113. Di akses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEIQFjAEahUKEwiWy4K0sJHJAhVBwY4KHWvyC38&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2Fjurnal%2Findex.php%2FWartaRimba%2Farticle%2Fview%2F3621%2F2624&usg=AFQjCNGdeTq5RaUv67hZP2zR3qdzBW76aA&sig2=3JriNIAbi5aAEo6yiqbKA. Tanggal 15 November 2015 pukul 10.50 Wita
Oteng Haridjaja. 2010. Pengeruh Bobot Isi Tanah Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Perkecambahan Benih dan Kacang Tanah. Volume 15, halaman 152. Di akses dari http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI/article/viewFile/6462/4992. Tanggal 15 November 2015 pukul 10.50 Wita

Pairunan, 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.
Prasetiyo. 2014. Perbedaan Sifat-sifat Tanah Vertisol dari Berbagai Bahan Induk. Volume 9, Halaman 25. Diakses Dari http://repository.unib.ac.id/19/1/20JIPI-2014.pdf Tanggal 15 November 2015 pukul 10.40
Prasetiyo. 2013. Karakteristik Potensi dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Lahan Pertanian Di indinesia. Volume 3, Halaman 48. Di akses dari http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3252061.pdf Tanggal 15 November 2015 pukul 10.20

Rosmenda Ginting. 2013. Pemetaan Status Unsur Hara C-organik dan Nitrogen di Perkebunana Nanas Rakyat Desa Panribuan Kecamatan Dolok Kabupaten Silau. Volume volume 1, Halaman 1314. Di akses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=110483&val=4122 Tanggal 15 November 2015 pukul 10.40 Wita







 







1 komentar:

  1. Aluminum - titanium rings - Tioga Cement
    Titanium stainless steel vs titanium apple watch rings are made from steel, which titanium ring has a harbor freight titanium welder very high quality copper oxide-based titanium hair alloy, with titanium nipple barbells an attractive polished aluminum core that

    BalasHapus