LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU
TANAH
W
MUHAMMAD ZUL
MASRIKAIL
E 281 14 156
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah
sudah digunakan orang sejak dahulu karena semua orang yang hidup di permukaan
bumi mengenal wujud tanah. Pengertian tanah itu sendiri bermacam-macam, akan
tetapi karena luas penyebarannya apa sebenarnya yang dimaksud tanah, akan
ditemui bermacam-macam jawaban atau bahkan orang akan bingung untuk
menjawabnya. Masing-masing jawaban akan dipengaruhi oleh pengetahuan dan minat
orang yang menjawab dalam sangkut-pautnya dengan tanah. Mungkin pengertian
tanah antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Misalnya seorang ahli
kimia akan memberi jawaban berlainan dengan seorang ahli fisika, dengan
demikian seorang petani akan memberi jawaban lain dengan seorang pembuat
genteng atau batubata. Pada mulanya orang menganggap tanah sebagai medium alam
bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat di permukaan bumi atau bentuk organik dan
anorganik yang di tumbuhi tumbuhan, baik yang tetap maupun sementara (Pairunan,
2007)
Semua
makhluk hidup sangat tergantung dengan tanah, sebaliknya suatu tanah pertanian
yang baik ditentukan juga oleh sejauh mana manusia itu cukup terampil
mengolahnya. Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan dan kesejahteraan manusia. Tanah dapat digunakan untuk medium
tumbuh tanaman yang mampu menghasilkan berbagai macam makanan dan keperluan
lainnya. Maka dari berbagai macam tanah beserta macam-macam tujuan
penggunaannya itu perlu dilakukan suatu pembelajaran lebih lanjut mengenai
tanah agar kita benar-benar memahami tanah itu sendiri (Novita Evarnas, 2014).
Pengambilan contoh
tanah terganggu (disturbed soil)
dilakukan di atas permukaan tanah atau horizon, sedangakan pengambilan contoh
tanah utuh (undisturbed soil) sangat
penting karena diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah. Pengambilan tanah
utuh harus benar-benar diperhatikan dalam proses dilapang (Khamdaandayu, 2009).
Tanah
pada setiap lingkungan memiliki struktur dan pola yang berbeda-beda pada setiap
lingkungan dengan keadaan kandungan pH dan kandungan airnya yang tidak sama. Kandungan
kesuburan tanah itu berbeda-beda serta warna yang berbeda antara tanah yang
satu dengan yang lainnya, untuk itu perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel
tanah utuh dan tidak utuh supaya hasil yang di peroleh bisa terkontrol dengan
baik untuk di uji di laboratorium (Kartasapoetra, 2008).
1.2 Tujuan dan
Kegunaan
Adapun
tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pengambilan contoh tanah utuh
dan tanah terganggu. Kegunaan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan kerusakan tanah serta
sifat-sifat tekstur tanah sebagai sampel bahan praktikum.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengambilan
Contoh Tanah Utuh
Tanah mempunyai
sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan
cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan, cair, dan
udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti
perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu
udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media
tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu
menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari
bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian
sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan
media tumbuh yang ideal bagi tanaman (Kartasapoetra,2008).
Contoh tanah adalah suatu
volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah
(horizon/lapisan/solum) dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat fisika tanah, dapat kita analisis
meaui dua aspek, yaitu fraksinasi. Mencari atau
mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah
dengan 3 cara yaitu : pengambilan dalam keadaan agregat atau tanah utuh, pengambilan tanah tidak utuh atau terganggu (Husein
Suganda, 2012).
Pengambilan
contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di
laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah
di lapangan. Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di
laboratorium dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah
relatif lebih banyak. Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di lapangan
bersifat destruktif, karena dapat merusak permukaan tanah, seperti terjadinya
lubang bekas pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan kompleksitas
sistem yang ada di dalam tanah, dan sebagainya (Hanaafiah, 2010).
Agregat-agregat dalam tanah selalu
dalam tingkatan perubahan yang continue.
Pembasahan, pengeringan, pengolahan tanah, dan aktivitas biologis semuanya
berperan di dalam pengrusakan dan pembangunan agregat-agregat tanah. Struktur
lapisan oleh lapisan olah dipengaruhi oleh pengolahan praktis dan dimana aerasi
dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu
menjaga kemantapan agregasi tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi
produksi tanaman (Forth dan
Henry 2009).
Banyak
faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah tetapi hanya ada lima faktor
yang dianggap paling penting yaitu (1) Iklim, (2) Organisme, (3) Bahan Induk,
(4) Topografi, dan (5) Waktu. Dalam
proses pembentukan tanah pengaruh kelima faktor tersebut bersifat simutan,
bukan parsial. Pengambilan contoh tanah
merupak tahap awal dan terpenting dalam program uji tanah di laboratorium (deptan, 2006).
2.2 Pengambilan
Contoh Tanah Tidak Utuh
Agregat-agregat dalam tanah selalu dalam tingkatan perubahan
yang continue. Pembasahan, pengeringan, pengolahan tanah, dan aktivitas
biologis semuanya berperan di dalam pengrusakan dan pembangunan agregat-agregat
tanah. Struktur lapisan oleh lapisan olah dipengaruhi oleh
pengolahan praktis dan dimana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan
tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregasi tanah akan
memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Ahmad dan Fachri, 2010).
Struktur tanah merupakan
karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir)
tanah dan ruang antar agregat. Tanah
tersusun dari tiga fase yaitu : fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fase cair dan gas mengisi ruang antar
agregat. Stuktur tanah tergantung dari
imbangan ketiga faktor penyusunnya.
Ruang antar agregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabia
pori berukuran besar terisi air. Tanah
yang gembur memiliki agregat yang cukup besar (Ali Kemas Hanafiah, 2005).
Analisis contoh tanah bertujuan
untuk menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah),
mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun didalam tanah, sebagai dasar
penetapan dosis pupuk, dan kapur sehingga lebih efektif, efisien dan rasional
dan memperoleh database untuk program perencanaan dan pengolahan tanah tanaman.
Contoh tanah tidak utuh untuk
penetapan kandungan kadar air tanah,
penetapan C-Organik tanah, penetapan KTK tanah, (Khamandayu, 2009).
III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat
dan Waktu
Praktek prosedur pengambilan sampel tanah utuh dan pengambilan sampel tanah
tidak utuh dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Oktober 2015 pukul 16.00 WITA sampai
dengan selesai, di Desa Maku, Kecamatan Biromaru, Kabupaten
Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat yang
di gunakan dalam praktikum pengambilan sampel tanah
utuh adalah pisau, spidol, dan 2
buah ring dan bahan
yang di gunakan adalah kantong plastik, lebel, karet
gelang. Kemudian alat yang di gunakan dalam praktikum pengambilan contoh
tanah tidak utuh adalah sekop, cangkul, dan bahan yang di gunakan adalah kantong plastik
dan lebel.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pengambilan sampel tanah
utuh
6
|
5
|
Setelah
tanah yang berada didalam ring sampel kira-kira sudah muncul di atas bibir ring bagian atas maka penekanan dihentikan,
kemudian bawahnya dipotong dengan pisau atau dengan sekop atau dengan benang
nilon halus, setelah itu ring yang
sudah berisi tanah kemudian diratakan dengan pisau tajam dan tipis sehingga
kedua permukaan betul-betul rata dengan kedua bibir ring sampel tadi dan
setelah itu kedua begian muka tanah tersebut ditutup dengan tutup ring yang
terbuat dari plastic dan ring
sampel yang sudah berisi tanah utuh ini kemudian dimasukkan ke dalam kotak agar
aman dalam pengangkutan dan sedapat mungkin segera dianalisis.
3.3.2 Pengambilan contoh tanah tidak utuh
Pertama-tama
permukaan tanah dibersihkan dahulu dari rerumputan dan sampah-sampah lainnya, kemudian tanah dicangkul sampai kedalaman
20 cm dari permukaan tanah, setelah
itu tanah
dimasukkan kedalam kantong plastic sebanyak + 1 kg (diusahakan agar
agregat-agregat tanah jangan rusak atau hancur), lalu Contoh tanah diberi label di bagian luar dan dalam dari kantong plastic
tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengambilan Contoh Tanah Utuh
Berdasarkan
hasil praktek yang di lalului di lapangan tentang pengambilan sampel tanah utuh
adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Cara
pengambilan Sampel Tanah Utuh yang berasal dari daerah sidera dengan
Menggunakan Ring Sampel.
4.1.2 Penganmbilan Cotoh Tanah Tidak Utuh
Berdasarkan hasil praktek yang di
lalului di lapangan tentang pengambilan sampel tanah tidak utuh adalah sebagai
bebrikut :
Gambar 2. Cara Pengambilan Sampel
Tanah Terganggu yang Berasal dari Daerah Sidera Di Ambil dengan Secara Acak.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengambilan sampel tanah utuh
Pengambilan sampel tanah utuh di
laksanakan di Desa Maku, Kecamatan Biromaru, Kabupaten
Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah. Vegetasi tanah pada desa Maku termasuk dalam vegetasi yang baik, karena bayaknya
jenis tanaman yang hidup di areal tersebut, baik itu dari tanaman budi daya
maupun tubuhan yang hidup secara liar. Cara pengambilan sampel tanah utuh yaitu
pertama-pertama bersihkan permukaan tanah dari rerumputan, kemudian tancapkan
ring sampel lalu tekan atau di pukul-pukul secara perlahan-lahan, setelah itu
apabila tanah sudah mulai muncul di permukaan bibir ring sampel maka galilah
tanah di sekitaraan ring sampel, lalu potong bagian bawahnya dan ratakan kedua
permukaanya dengan menggunakan pisau, dan tutup kedua permukaannya dengan
plastik.
Contoh tanah agregat utuh (bongkah) dilakukan perlakuan metode standar dengan mencangkul hingga kedalaman 0-20 cm.
Tanah yang diambil harus berupa bongkahan alami
yang tidak mudah pecah dan tidak terintervensi oleh benda
lain atau tercangkul.
Pertajukan tanaman utama yang tumbuh pada
suatu areal tertentu, jika berlapis dengan tanaman penutup lahan dan serasah
akan memberikan ketahanan berganda terhadap pukulan butiran hujan yang jatuh ke
permukaan tanah, selain
berfungsi menghalangi pukulan langsung air hujan kepermukaan tanah, vegetasi
penutup lahan juga menambah kandungan bahan organik tanah yang meningkatkan
resistensi terhadap erosi yang terjadi, untuk pencegahan erosi paling sedikit 70 % lahan harus tertutup
oleh vegetasi (Deptan
2006).
Pengambilan
contoh tanah merupakan tahap awal dan terpenting dalam program uji tanah di
laboratorium. Pengambilan contoh tanah
ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat tanah pada suatu titik pengamatan. Prinsipnya adalah hasil analisis sifat fisik
tanah dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan
(Kartasapoetra, 2008).
4.2.2 Pengembalian Contoh Tanah Tidak Utuh
Pengambilan contoh tanah tidak
utuh kami laksanakan di Desa Maku, Kecamatan Biromaru, Kabupaten
Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah, yang mana vegetasi tanahnya termasuk dalam
vegetasi tanah yang baik.
Pada
umumnya tanah tidaklah homogen. Hal ini berarti bahwa setiap jengkal tanah
terutama sifat-sifat kimianya pada suatu tempat yang sama mungkin berbeda-beda.
Oleh karena itu, pengambilan suatu sampel tanah yang betul-betul mewakili
keadaan daerah tertentu penting sekali. Pengambilan sampel tanah dapat
dilakukan pada tanah terganggu (disturbed
soil) dan tanah utuh (undisturbed
soil sample). Pengambilan sampel tanah biasa atau tanah terganggu dilakukan
diatas permukaan tanah atau di horizon/lapisan lainnya, tempat pengambilan
harus berdekatan atau sama dengan lokasi pengambilan contoh tanah utuh dan
pelaksanaannya mudah sekali. Sampel tanah ini biasanya dipergunakan untuk
kepentingan analisa kimia dan kestabilan agregat (agregat stability) dan untuk keperluan membuat contoh tanah utuh
secara simulasi atau cara tiruan (buatan) dimana bobot isinya disesuaikan
dengan keadaan alami tanah utuh di lapangan (Khamandayu, 2009).
Cara pengambilan sampel tanah tidak utuh yaitu, pertama-tama bersihkan
permukaan tanah dari rerumputan, kemudian cangkul tanah tersebut dan hancurkan
tanah-tanah yang masih berbentuk agregat utuh, setelah itu maka masukkan tanah
tersebut ke dalam kantung plastik dan plastik tersebut di beri lebel
(Kartasapoetra, 2008).
Fraksinasi
adalah penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara memisahkan
butir-butir primer tersebut. Untuk
mencari dan atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan
pengambilan contoh tanah dengan pengambilan tanah tidak utuh ( Pairunan,
2007).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada
praktikum pengambilan sampel tanah utuh dan pengambilan sampel tanah tidak utuh
dapat ditarik kesimpulan dengan sebagai berikut :
1.
Pengambilan
sampel tanah utuh kami lakukan di desa maku kecamatan biromaru, kabupaten sigi, provinsi sulawesi tengah, yang mana di daerah maku termasuk daerah yang subur untuk lahan pertanian. Kemudian pada
pengambilan sampel tanah tidak utuh kami lakukan pada daerah yang sama yaitu di
desa maku, yang mana pengambilan sampel tanah utuh kami lakukan dengan cara yang
teratur sedangkan pada pengambilan sampel tanah tidak utuh kami lakukan secara
acak.
2.
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks,
terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan, dan udara.
Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan, cair, dan udara jarang berada
dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di
atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar
matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah. Prinsip pengambilan contoh tanah adalah bahwa hasil analisis sifat fisik
dan kimia di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sifat fisik dan dan
kimia di lapangan.
3.
Analalisi contoh tanah
yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapakan status hara, mengukur kandungan kandungan kadar air tanah, dapat
digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional
dan menguntungkan yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman.
5.2 Saran
Pelaksanaan
praktikum kedepannya nanti agar lebih baik dari yang sekarang ini jika di
tinjau dari segi cara pembimbingannya dan sebaiknya sebelum praktikum dimulai,
perlengkapan untuk laboratorium yang akan digunakan sudah tersedia serta
keadaan laboratorium sudah siap pakai
DAFTARPUSTAKA
Abraham
Suriadikusuma. 2010. Penetapan Tekstur
Tanah dan Kesesuaian Lahan Untuk Tanamn Kina di Sub Das Cikapundung Hulu
Melalui Citra Satelit Landsat Tm-Image. Volume 1,halaman 88. Diakses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CC4QFjACahUKEwjDv7Cxs5HJAhUJB44KHZxFAl0&url=http%3A%2F%2Fjsal.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjsal%2Farticle%2Fdownload%2F121%2F111&usg=AFQjCNEl0wUQ4h19MjyCZTFsXISs6LSk6g&sig2=kFbdQ5UlHH8D9rfZ-tI5zg Tanggal 15 November 2015 pukul 10.00 Wita
Ali Kemas
Hanafiah, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Ahmad,
Fachri. 2010. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Andalas: Padang
Andi Wijanarko.
2012. Pengeruh Kualitas Bahan Organik Dan
Kesuburan Tanah Terhadap Mineralisasi Nitrogen dan Serapan oleh Tanaman Ubi
Kayu di Ultisol. Volume 1, Halaman 4. Di akses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111797&val=2340 Tanggal 15 November 2015 pukul 10.40 Wita
Bandi Hermawan. 2012. Penetapan Kadar Air Tanah Melalui Sifat
Dielektrik pada Berbagai Tingkat Kepadatan. Volume 6. Halaman 71. Di akses
dari http://repository.unib.ac.id/201/1/66JIPI-2012.PDF. Tanggal 15 November
2015 pukul 10.30 Wita
Bandi Hermawan. 2012. Monitoring Kadar Air Tanah Melaluli
Pengukuran Sifat Dielektrik pada Lahan Jagung. Volume 7. Halaman 18. Di
akses darihttp://repository.unib.ac.id/132/1/15JIPI-2012.PDF. Tanggal 15 November 2015 pukul 10.30 Wita
Budi Alhadi. 2012. Analisis Sifat Fisik Tanah Akibat Lintasan dan Bajak Traktor Roda
Empat. Volume 6, Halaman 42. Diakses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCwQFjABahUKEwiFob7wspHJAhVKCY4KHcaQAXw&url=http%3A%2F%2Fwww.jurnal.unsyiah.ac.id%2FMSDL%2Farticle%2Fdownload%2F850%2F788&usg=AFQjCNFaFjm8tkiRywH4JxaUdWdIh9-v5g&sig2=aNzyVd9YnbGPov9cRpn9HA. Tanggal 15 November 2015 pukul 10.15 Wita
Dina ulistiyaningrum. 2012. Pengaruh Karakteristik Sifat Fisika Kimia
Tanah terhadap Nilai Indeks Erodibilitas Tanah dan Upaya Konservasi lahan.
Volume 3, Halaman 57. Di akses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCUQFjABahUKEwjDv7Cxs5HJAhUJB44KHZxFAl0&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fagrikultura%2Farticle%2Fdownload%2F993%2F1035&usg=AFQjCNFwSj2GGqPupXu8Tz1LKvUXJY1_Og&sig2=YRsuCPcLrELoGEnaMhzx6g Tanggal 15 November 2015 pukul 11.00 Wita
Foth, Henry D., 2009. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Yogakarta.
Hanafiah,Kemas
Ali. 2010. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta
Husein Suganda. 2012. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah.
Halaman 13. Di akses dari http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/NOMOR%2002.pdf Tanggal 15 November
2015 pukul 10.00 Wita
Kartasapoetra. 2008. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas
Padjajaran.
Bandung.
Kartasapoetra. 2008. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.
Khamandayu, 2009. Laporan Praktikum Ilmu Tanah. http://Khamandayu. blogspot. com. Diakses tanggal
10 November 2015.
Muchlis. 2010. Produksi Kacang Tanah dan Beberapa Sifat Fisik Tanah. Volemu 7,
halaman 52. Di akses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19690/1/kpr-jun2010-%20%285%29.pdf Tanggal 15 November 2015 pukul 10.15 Wita
Muhammad Bassir. 2008. Efektifitas Bahan Orrganik dan Tinggi
Genagan Terhadap perubahan pH Terlarut pada Tanah Ultisol. Volume 4,
Halaman 260. Diakses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0CFwQFjAHahUKEwiRgPLts5HJAhXSbY4KHencC0A&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unsyiah.ac.id%2FMSDL%2Farticle%2Fdownload%2F848%2F786&usg=AFQjCNF5v1LcsBbr-zW55ri_ApQyMLdsDg&sig2=U9TPsLcpBfgqSs8hkbH4bg Tanggal 15 November 2015 pukul 11.16 Wita
Novita Evarnas. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Eboni
pada Kawasan Cagar Alam Pani Binangga Kabupaten Parigi Mautong. Volume 2. Halaman 111. Di akses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEIQFjAEahUKEwiWy4K0sJHJAhVBwY4KHWvyC38&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2Fjurnal%2Findex.php%2FWartaRimba%2Farticle%2Fview%2F3621%2F2624&usg=AFQjCNGdeTq5RaUv67hZP2zR3qdzBW76aA&sig2=3JriNIAbi5aAEo6yiqbKA.
Tanggal 15 November 2015 pukul 10.00 Wita
Novita Evarnas. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Eboni
pada Kawasan Cagar Alam Pani Binangga Kabupaten Parigi Mautong. Volume 2. Halaman 114. Di akses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEIQFjAEahUKEwiWy4K0sJHJAhVBwY4KHWvyC38&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2Fjurnal%2Findex.php%2FWartaRimba%2Farticle%2Fview%2F3621%2F2624&usg=AFQjCNGdeTq5RaUv67hZP2zR3qdzBW76aA&sig2=3JriNIAbi5aAEo6yiqbKA.
Tanggal 15 November 2015 pukul 10.00 Wita
Novita Evarnas. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Eboni
pada Kawasan Cagar Alam Pani Binangga Kabupaten Parigi Mautong. Volume 2. Halaman 113. Di akses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEIQFjAEahUKEwiWy4K0sJHJAhVBwY4KHWvyC38&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2Fjurnal%2Findex.php%2FWartaRimba%2Farticle%2Fview%2F3621%2F2624&usg=AFQjCNGdeTq5RaUv67hZP2zR3qdzBW76aA&sig2=3JriNIAbi5aAEo6yiqbKA.
Tanggal 15 November 2015 pukul 10.50 Wita
Oteng
Haridjaja. 2010. Pengeruh Bobot Isi Tanah
Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Perkecambahan Benih dan Kacang Tanah. Volume
15, halaman 152. Di akses dari http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI/article/viewFile/6462/4992. Tanggal 15 November 2015 pukul 10.50 Wita
Pairunan, 2007. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.
Prasetiyo. 2014. Perbedaan Sifat-sifat Tanah Vertisol dari
Berbagai Bahan Induk. Volume 9, Halaman 25. Diakses Dari http://repository.unib.ac.id/19/1/20JIPI-2014.pdf Tanggal 15 November 2015 pukul 10.40
Prasetiyo. 2013. Karakteristik Potensi dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk
Pengembangan Lahan Pertanian Di indinesia. Volume 3, Halaman 48. Di akses
dari http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3252061.pdf Tanggal 15 November 2015 pukul 10.20
Teti Arabia.
2012. Karakteristik Tanah Salin Krueng
Raya kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besaar. Volume 4, halaman 35. Di
akses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0CEkQFjAFahUKEwiRgPLts5HJAhXSbY4KHencC0A&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2Fjurnal%2Findex.php%2FAGROLAND%2Farticle%2Fdownload%2F197%2F165&usg=AFQjCNH5e0VgdbC9SOhPuR5WmpTLSmX4wQ&sig2=1Dw3Z3-QuvKB7qQnjxyqkA. Tanggal 15 November 2015 pukul 11.16 Wita
Rosmenda
Ginting. 2013. Pemetaan Status Unsur Hara
C-organik dan Nitrogen di Perkebunana Nanas Rakyat Desa Panribuan Kecamatan
Dolok Kabupaten Silau. Volume volume 1, Halaman 1314. Di akses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=110483&val=4122 Tanggal 15 November 2015 pukul 10.40 Wita